Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) Ngozi Okonjo-Iweala memperkirakan pertumbuhan volume perdagangan barang global tahun depan juga akan turun drastis. Dari yang sekarang diperkirakan akan tumbuh 3,5 persen, menjadi tinggal 1 persen saja.
“Gambaran untuk tahun 2023 telah sangat gelap,” kata Okonjo-Iweala, dilansir dari Al-Arabiya News, Jakarta, Kamis (6/10).
Lonjakan harga energi di Eropa dan perang di Ukraina, diperkirakan akan menekan pengeluaran rumah tangga dan meningkatkan biaya produksi di benua itu. Sementara itu pengetatan kebijakan moneter di Amerika Serikat memukul sektor perumahan, kendaraan bermotor dan investasi tetap.
Begitu juga dengan China yang masih bergulat dengan wabah Covid-19 dan gangguan produksi. Selanjutnya, tagihan impor yang meningkat untuk bahan bakar, makanan dan pupuk berisiko menyebabkan lebih banyak kerawanan pangan dan tekanan utang di negara-negara berkembang.
“Jika perkiraan ini benar, perdagangan dunia akan sangat melambat tahun depan, tetapi masih akan terus tumbuh,” kata dia.
Badan perdagangan global menekankan ketidakpastian bakal lebih tinggi dari yang diperkirakan. Hal ini disebabkan perubahan kebijakan moneter di negara maju dan sifat perang Rusia-Ukraina yang tidak dapat diprediksi.
“Jika situasinya memburuk, WTO memperingatkan pertumbuhan perdagangan tahun depan bisa serendah minus 2,8 persen, tetapi menekankan bahwa jika segala sesuatunya bergeser ke arah yang lebih positif, itu bisa mencapai 4,6 persen,” paparnya.
Pekan lalu, Okonjo-Iweala memperingatkan perang Rusia di Ukraina, krisis iklim, guncangan harga pangan dan energi ditambah dampak pandemi Covid-19 menciptakan kondisi resesi dunia. “Sekarang kita harus menghadapi apa yang tampak seperti resesi yang akan datang,” tandasnya.(Sumber Merdeka .com)