Minahasa,- postkota.co.id- Acara Dialog Kebangsaan dalam rangka menarik hari lahir Nahdlatul Ulama ( NU ) ke-96 ( Sembilan Puluh Enam ) Tahun 2022 yang di gelar di halaman Masjid Baitul Makmur, Lingkungan Satu (1), Kelurahan Kampung Jawa , Kecamatan Tondano Utara, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara, pada Senin 31/01/2022 pukul 14.45 wita.
Komandan Koramil ( Danramil ) 1302-14/Amurang Kapten Inf,Ramli Hamanja hadir mewakili Komandan Kodim ( Dandim ) 1302/Minahasa dalam Acara tersebut mendampingi 3 Narasumber lainya masing masing adalah,mewakili Kapolres Minahasa, Kasat Reserse Kriminal,AKP Edy Susanto, S.Sos, mewakili Bupati,Kaban Kesbangpol,Yani Moniung,dan Wakil Rektor IAIN,Dr,Ahmad Rajafi,MSi bersama Kajari Tondano,Dicky Oktavian,SH,MH.
Kegiatan yang mengusung Tema “Kebersamaan dan Persaudaraan Dalam Bingkai Pluralisme Di Tanah Toar Lumimut” Juga dihadiri, Kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten Minahasa,Sonya Mangkau SE, Ketua MUI Kab. Minahasa Habib Hi. Husein Assegaf ,Mewkili Ketua Pengadilan Agama Suharto Kyai Demak,Ketua FKUB Pendeta Willy Pondaag, Ketua PCNU kab. Minahasa Hi. Sarifudin Madepungeen SE, Camat Tondano Utara Dra. Jeini Sangarai M.Ap, Imam besar Masjid Agung Al-Falah Kyai Modjo H.Ahmad Kyai Demak,Ketua G,P Anshor Kabupaten Minahasa Herman , Lurah Kampung Jawa Megawati Nurdin SH, Babinsa Tondano Serda Achmad Arifin, Para Tokoh agama, tokoh masyarakat, dan para pengurus NU Kabupaten Minahasa serta Jamaah Masjid Baitul Makmur.
Dalam kegiatan tersebut pertanyaan demi pertanyaan di lontarkan kepada para Narasumber yang hadir dalam acara harlah NU kali ini, Kapten Ramli Hamanja yang menjadi salah satu Nara sumber sebagai wakil Dandim yang mendapatkan pertanyaan tentang pemeliharaan persatuan mengatakan bahwa, “Sebagai orang indonesia yang beragama Islam bukan orang Islam yang kebetulan tinggal di indonesia dan saya kutip kata kata dari video opening tadi bahwa NU adalah orang Indonesia yang beragama islam artinya siapapun dia selama itu bangsa indonesia berarti adalah satu dia adalah saudara sebangsa dan setanah air tidak harus memilih dari agama apa dan berasal dari suku mana, yang jelas dari sabang sampai merauke dari pulau miangas hingga ke pulau rote kita adalah Saudara, siapapun yang tinggal di sini namun tak beragama berarti dia bukan orang indonesia karena orang yang tidak mempunyai agama namun tinggal disini maka otomatis tidak sepaham dengan pancasila sebagai landasan Negara kita,” Ujar mantan pasukan penerjun Kostrad tersebut.
Saat di tanya mengenai kemungkinan personil TNI terpapar Radikalisme dirinya menjelaskan bahwa kemungkinan terpaparnya sangat kecil sekali bahkan bisa di katakan tidak mungkin ada, karena menurutnya hal itu disebabkan oleh fungsi dan tanggung jawab Prajurit yang salah satunya sebagai mata dan telinga dari NKRI, “ujarnya.. (Udin)