POSTKOTA.CO.ID – KEBERSAMAAN TERGERUS KARENA KEPENTINGAN. Tak heran ada ungkapan, tak ada teman dan musuh sejati, yang ada adalah kepentingan abadi. Hal ini terjadi karena kebersamaan didasarkan pada kepentingan diri dan kelompok dan bukan berdasarkan pada Kasih Kristus. Mari kita belajar dari cara Paulus mewujudkan kebersamaannya berdasarkan kasih Kristus dengan teman sekerjanya Timotius, dengan Onesimus seorang budak yang melarikan diri dari tuannya dan dengan Filemon seorang kaya pemilik btudak.
Pertama: AWALI KEBERSAMAAN DENGAN KESADARAN JATI DIRI. Dalam pasal 1:1-3, Paulus menyebutkan dirinya sebagai orang hukuman karena Kristus. Artinya, Paulus sadar tentang jati dirinya sebagai seorang yang dikasihi Kristus, pengikut dan pelayan Yesus sekalipun harus terhukum. Dengan dasar inilah ia menyurati, atau menjalin kebersamaan dengan Filemon. Hal ini mengingatkan jati diri kita, kita adalah orang-orang yang dikasihi Kristus. Kita adalah hamba Kristus, bukan hamba diri sendiri dan bukan hamba manusia. Kesadaran jati diri ini adalah awal dari kebersamaan. Oleh sebab itu orang yang sadar tentang jati dirinya, pasti akan membangun kebersamaan bukan berdasarkan kepentingan pribadi dan kelompok tapi berdasarkan kasih Kristus atau kepentingan Kristus. Inilah kebersamaan sejati bukan semu.
Kedua: INGAT, HARGAI KASIH DAN IMAN ORANG LAIN (ayt 4-7). Paulus mengucap syukur setiap kali ia mengingat Filemon dalam doanya. Tentang kasihnya kepada semua orang kudus dan imannya kepada Tuhan Yesus. Jadi supaya kebersamaan terbangun, jangan berorientasi pada diri dan kelompok sendiri. Ini adalah sikap eksklusif, individualistis dan mau menang sendiri bahkan kita tidak mau mengingat orang lain dalam doa kita. Kita lebih suka mengabaikan dan melupakan orang lain. Kita tidak terbiasa menghargai orang sekecil apapun jasanya bahkan kita mengabaikan imannya kepada Yesus. Oleh sebab itu supaya kebersamaan terwujud, ingat, hargai kasih dan iman orang lain.
Ketiga: TIDAK OTORITER SEKALIPUN MEMILIKI OTORITAS (ayt 8-10,14). Paulus sekalipun memiliki otoritas kerasulan sebagai pemimpin umat tapi tidak otoriter. Tidak melakukan kekerasa structural. Tidak menggunakan jabatannya untuk menekan dan mengancam teman pelayan. Ia katakan, sekalipun aku mempunyai kebebasan penuh untuk memerintahakn kepadamu apa yang harus engkau lakukan, tetapi mengingat kasihmu, lebih baik aku memintanya dari padamu. Artinya, sekalipun Paulus memiliki otoritas di dalamnya ada kepentingan pribadi, tapi ia tidak mau memaksa Filemon. Ia menghargai , menghormati dan meminta persetujuan Filemon tentang Onesimus, diterima atau tidak, semua tergantung padanya dengan sukarela. Demikian hal ini mengingatkan kita. Otoritas apapun yang ada pada kita, jangan pernah menekan dan mengancam orang lain. Ijinkan orang lain mengabil keputusan tanpa paksaan supaya kebersamaan tidak menjauh.
Keempat: JADILAH MEDIATOR PEMBANGUN KEBERSAMAAN (ayt 11-14). Paulus mengusahan kebersamaan antara Filemon dan Onesimus. Ia mengatakan bahwa dulunya Onesimus tidak berguna bagi Filemon. Tapi sekarang sangat berguna bagi Paulus maupun Filemon. Oleh sebab itu ia menyuruh Onesimus kembali kepada Filemon dan meminta Filemon menerima Onesimus kembali. Sikap Paulus ini, adalah upaya konkrit membangun kebersamaan. Sikap seperti ini sulit untuk dilakukan. Sering justeru kita mengambil keuntungan dan membiarkan perpecahan dan permusuhan terjadi. Bahkan kita sering menjadi “tim sukses” terjadinya perpecahan karena tekanan atau iming-iming yang menguntungkan. Seharusnya kita menjadi mediator pembangun kebersamaan untuk semua perbedaan dan pertentangan yang terjadi di sekitar kita. Bukan tukang antar mulu atau pembisik supaya tidak menyukai ataupun “memilih” orang tertentu.
Kelima: TIDAK PERLAKUKAN TEMAN SEBAGAI HAMBA, TAPI SAUDARA YANG KEKASIH (ayt 15-16). Setelah terpisah sejenak lamanya, Paulus meminta Filemon menerima Onesimus bukan lagi sebagai hamba, melainkan sebagai saudara yang kekasih. Inilah kebesaran hati dari orang yang telah menerima kasih Kristus yang telah menebus semua orang, apapun latar belakang dan dan dosanya. Bagaimana dengan kita gereja dan pelayan masa kini? Jangan jadikan orang lain lain lebih rendah daripada kita apalagi memperlakukan mereka sebagai hamba, pesuruh dan jongos yang dikendalikan untuk kepentingan kita. Juga jangan membiarkan diri kita menjadi hamba manusia. Kita adalah sesama saudara di dalam Kristus dan kita sama-sama adalah hamba Kristus. Jadi harus lebih takut kepada Allah daripada takut kepada manusia.
Keenam: SIAP MENANGGUNG KESALAHAN ORANG LAIN (ayt 17-19). Selain meminta Filemon menerima Onesimus, Paulus juga memohon sebagai teman, jika Onesimus telah merugikan Filemon ataupun berhutang padanya, tanggungkalah itu semuanya pada Paulus dan Paulus akan membayarnya. Sebagai teman dan sebagai saudara di dalam Kristus, inilah tindakan mulia untuk terciptanya kebersamaan. Jika ada teman yang telah melakukan kesalahan, jangan mengumbar kesalahannya supaya orang menghukumnya, tapi sampaikan permohonan bahkan pertaruhkan persahabatan kita untuk menanggung kesalahan orang lain, supaya ada maaf dan kasih bagi orang lain sehingga terciptalah kebersamaan.
Ketujuh: BUAH DARI KEBERSAMAAN ADALAH HARAPAN, PENGHIBURAN, KEPERCAYAAN DAN KESEDIAAN MENOLONG (ayt 20-22). Paulus berharap pada Filemon supaya persahabatan mereka berguna dan terhibur dalam Kristus, saling percaya dan pada akhirnya kesediaan untuk menolong sebagaimana permintaan Paulus agar Filemon dapat memberikan tumpangan kepadanya. Hal ini mengingatkan kita, jika kebersamaan tercipta, maka tercipta harapan-harapan baru dalam persaudaraan di dalam Kristus. Kita akan saling menghibur dan akan saling menolong satu sama lain menghadapi berbagai godaan dan tantangan kehidupan.
Perayaan Minggu Sengsara lll ini menghentar kita untuk menghayati bahwa Yesus Kristus telah membangun persahabatan dengan kita. Dia mengasihi kita tanpa melihat masa lalu, kesalahan dan dosa kita. Bahkan Ia menanggung segala doa kita, supaya hubungan kita dengan Bapa di Sorga dipulihkan. Oleh sebab itu, mari kita bangun kebersamaan Pelayanan berdasarkan kasih Kristus. Amin.
Selamat Menghayati Minggu Sengsara lll. (200322).
Salam kasih, Pdt.Dr.Anthonius Dan Sompe,MPdK.