POSTKOTA.CO.ID – Pelayan Tuhan Oleh Pendeta DR A.D Sompe MPdK : Sejuta Pengetahuan, sejuta Keterampilan dan sejuta Prestasi tak sebanding dengan sebuah Keteladanan, karena keteladanan adalah syarat mutlak seorang pemimpin spiritual untuk melaksanakan kompetensinya. Hal ini sejiwa dengan surat Paulus kepada Titus yang meminta supaya para pelayan (penilik jemaat) di Kreta, dipilih dari orang-orang yang memiliki reputasi keteladanan agar dapat melaksanakan kompetensinya dalam menghadapi pengajar-pengajar palsu dan perilaku orang-orang Kreta pembohong, binatang buas dan pelahap yang malas (ayt 12).
Pertama: KETELADANAN. Paulus menyebutkan bahwa orang-orang yang dipilih untuk menilik jemaat haruslah orang-orang yang tak bercacat, yang mempunyai hanya satu isteri , anak-anaknya hidup beriman dan tidak dapat dituduh karena hidup tidak senonoh atau hidup tidak tertib, tidak angkuh, bukan pemberang, bukan peminum, bukan pemarah, tidak serakah, melainkan suka memberi tumpangan, suka akan yang baik, bijaksana, adil, saleh, dapat menguasai diri dan berpegang kepada perkataan yang benar sesuai dengan ajaran yang sehat.(ayt 6-9).
Inilah pula yang menjadi syarat dari semua pelayan Tuhan, lebih khusus Pelayan Khusus (Diaken,Penatua, Guru Agama dan Pendeta) termasuk perangkat pelayan lainnya. Hal-hal ini memang sulit untuk dipenuhi tapi bukan tidak mungkin dalam tuntunan Roh Kudus. Tanpa keteladanan seorang pelayan yang melaksanakan kompetensinya tidak akan menghasilkan perubahan apalagi pertobatan jemaat yang dilayaninya, selain daripada celaan dari orang-orang yang dilayaninya. Pelayan yang tidak mengandalkan keteladanan akan mengandalkan kuasa jabatan, kekayaan dan pendekatan balas jasa agar orang tunduk, takut dan mengikutinya.
Kedua: KOMPETENSI. Kompetensi atau kewenangan, atau kemampuan melaksanakan tugas yang dilandasi atas pengetahuan dan keterampilan. Kompetensi pelayan Tuhan dalam ayat-ayat ini adalah : Hamba Allah dan Rasul, Pemelihara Iman, Pemimpin Spiritual, Pengatur Rumah Allah, Penasehat , Pemberi keyakinan dan Penegur.
Sebelum Paulus meminta Titus memilih para pelayan dengan syarat-sayarat dan kompetensinya, ia terlebih dahulu menyebutkan kompetensi dirinya sebagai HAMBA ALLAH DAN RASUL (ayt 1). Jadi seorang pelayan yang mau mengajak orang lain untuk menjadi pelayan Tuhan harus memastikan diri sendiri bahwa ia adalah hamba Allah. Bukan hamba atas diri sendiri untuk memuaskan perut dan mengejar prestasi dan prestise. Bukan juga hamba manusia, yang lebih takut pada manusia daripada takut kepada Allah; sebagai rasul artinya penyambung lidah Allah. Oleh sebab itu seorang pelayan Tuhan harus mengatakan semua kebenaran Firman. Termasuk salah adalah salah. Dosa adalah dosa sesuai kehendak Tuhan Pelayan yang tidak dapat mengatakan ini, sama seperti pengajar-pengajar palsu.
PEMELIHARA IMAN. Jabatan sebagai hamba Allah dan rasul tujuannya adalah untuk memelihara iman jemaat sebagai orang-orang pilihan Allah, dan pengetahuan akan kebenaran yang nampak dalam ibadah dan berdasarkan pengharapan akan hidup yang kekal yang sebelum permulaan zaman sudah dijanjikan oleh Allah yang tidak berdusta . Hal ini telah dinyatakan Paulus dalam pemberitaan Injil yang telah dilakukannya sesuai perintah Allah (ayt 2-3). Dengan demikian hal ini mengingatkan kita bahwa kita adalah pemelihara iman jemaat, bukan mengacaukan apalagi mengeksploitasi jemaat.
PEMIMPIN SPIRITUAL , artinya pemimpin yang mampu mengilhami, membangkitkan, memengaruhi dan menggerakkan melalui keteladanan. Inilah yang dilakukan Paulus terhadap anak rohaninya Titus. Ia menyebut Titus sebagai anaknya yang sah menurut iman, dimana kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Juruselamat menyertai dia (ayt 4). Pelayan Tuhan adalah pemimpin spiritual jemaat sebagai anak-anak rohaninya. Inilah yang dibutuhkan jemaat sekarang. Para pemimpin harus menjadi bapa rohani dalam keteladanannya agar jemaat terus diberkati Tuhan.
PENGATUR RUMAH ALLAH. Para pelayan disebut sebagai pengatur rumah Allah (ayt 7), oleh sebab itu mereka harus diteladani. Jadi seorang pelayan yang tidak dapat diteladani tidak mungkin menjadi pengatur rumah Allah. Tidak mungkin mengatur persekutuan (koinonia), kesaksian (marturia) dan pelayanan (diakonia) dengan baik.
MENASEHATI, MEYAKINKAN DAN MENEGOR. Pelayan harus menasehati dengan ajaran sehat. Sanggup meyakinkan penentang-penentang, termasuk orang yang hidup tidak tertib dan sanggup menegur orang-orang yang mengacau keluarga dengan mengajarkan yang tidak-tidak untuk mendapatkan untung yang memalukan (ayt 9-13). Sayang ada pelayan yang tidak dapat lagi menasehati, meyakinkan dan menegur karena ia sendiri tidak dapat diteladani yang pada akhirnya mengacaukan keluarga dan pelayan dalam jemaat.
Pergumulan jemaat di Kreta, menjadi pergumulan gereja masa kini. Oleh sebab itu jadilah kita pemimpin atau pelayan Tuhan yang dapat diteladani agar dapat melaksanakan kompetensi kita, agar jemaat dapat meneladani kita sehingga mengalami pertumbuhan iman, dibaharui , menjadi sehat , dan hidup dalam kebenaran. Sebab bagi orang suci semuanya adalah suci dan bagi orang najis dan bagi orang yang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci karena akal dan suara hati mereka najis. Mengaku mengenal Allah, tetapi dengan perbuatan, mereka menyangkal Dia. Keji, durhaka dan tidak sanggup berbuat sesuatu yang baik (ayt 14-16).
Semoga kita semua menjadi pelayan yang dapat diteladani agar dapat melaksanakan kompetensi kita dengan baik. Kalau kita kurang dari segi pengetahuan dan keterampilan termasuk prestasi, jemaat akan kompromi. Tetapi jika kita kurang dari segi keteladanan, jemaat tidak akan pernah kompromi. Oleh sebab itu, jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataan, dalam tingkah laku, dalam kasih, dalam kesetiaan dan dalam kesucian (band 1 Tim 4:12). Amin.
Selamat Melayani dengan Keteladanan. Roh Kudus Memampukan kita. (200220).
Salam Kasih.
Pdt.ADS*